Gadingrejo – Anggota panitia khusus (Pansus) pokok-pokok pikiran (Pokir) DPRD Pringsewu Daerah Pemilihan (Dapil) Gadingrejo, kembali turun lakukan identifikasi terhadap sejumlah SD di Kecamatan Gadingrejo, Senin (13/01/2025).
Kali ini, didampingi Ketua Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) Kecamatan Gadingrejo, Afandi, anggota Pansus Pokir DPRD Pringsewu yakni Anton Subagyo, Darmawan dan Irsyad Fatoni, berkeliling melihat dari dekat sejumlah bangunan SD dengan beragam permasalahan yang dihadapi.
Adapun sekolah yang dikunjungi dan identifikasi diantaranya SDN 2 Tulung Agung, SDN 2 Mataram, SDN 1 dan SDN 2 Yogyakarta serta SDN 3 Wonodadi.
Di SDN 2 Tulung Agung, anggota Pansus Pokir mendapati bangunan WC (toilet) dalam kondisi tidak layak dan digunakan lagi. Termasuk, satu unit bangunan perumahan dinas yang selama ini dimanfaatkan menjadi ruang dewan guru yang kondisinya memprihatinkan.
“Selama ini, siswa bila ingin buang air kecil, terpaksa menumpang di toilet Masjid Al Iman. Kami sudah berusaha memperbaiki kran yang ada, namun kembali rusak, dan siswa lebih memilih ke toilet masjid”, jelas Sunyoto dan Rini Mulistina, S.Pd.SD., guru di sekolah setempat.
Dua siswa kelas VI di SDN 2 Tulung Agung, Alisa Putri Amalia dan Azra Mahmuda mengaku, keduanya saat buang air kecil menumpang di toilet Masjid Al Iman.
“Kalau pipis, numpang di toilet masjid. Karena, toilet sekolah rusak”, ucap Alisa dan Azra saat menjawab pertanyaan wartawan lampungrayanews.com., di sela-sela istirahat jam sekolah.
Usai melihat kondisi SDN 2 Tulung Agung, anggota Pokir DPRD Pringsewu menuju SDN 2 Mataram yang memiliki masalah dengan keterbatasan lahan dan ruang kelas baru (RKB).
Dimana, dengan jumlah siswa sebanyak 172, mereka terpaksa dikelompokan menjadi enam (6) rombongan belajar (Rombel).
“Dengan jumlah siswa sebanyak itu, idealnya mereka dikelompokan menjadi 7 Rombel. Akhirnya, kita manfaatkan ruang Perpustakaan untuk belajar siswa kelas 1 yang kita pecah menjadi dua Rombel”, ungkap Afandi, Kepala UPT SDN 2 Mataram.
Patah dan Atapnya Nyaris Ambrol
Kondisi berbeda dialami para siswa yang belajar di SDN 2 Yogyakarta, khususnya siswa dan siswi kelas 2, 4 dan 5.
Mereka sering merasa takut dan menjadi tidak nyaman, saat mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM), akibat material atap bangunan dan penyanggah ruang kelas lapuk, internitnya pun jebol lantaran dimakan usia.
“Sekolah ini di bangun tahun 2007, saat pringsewu masih menjadi bagian dari Tanggamus”, ungkap Pungadi, yang sempat bertugas sebagai guru di SDN 2 Yogyakarta selama 30 tahun dan kini menjabat Kepala SDN 2 Kediri.